korannews.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah sukses menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (01/12/2022). Seiring dengan pergerakan mata uang di Asia.
Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah menguat cukup tajam 0,83% ke Rp 15.600/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi hanya 0,64% ke Rp 15.630/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Penguatan Mata Uang Garuda, terjadi seiring dengan melemahnya indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS melemah 0,26% ke posisi 105,67.
Terkoreksinya dolar AS yang menyandang status safe haven terjadi setelah kekhawatiran para pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang agresif, mulai mereda.
Pada dini hari waktu Indonesia, Ketua Fed Jerome Powell memberikan pidato pada Brookings Institution yang mengindikasikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga acuan yang lebih kecil pada pertemuan selanjutnya 13-14 Desember 2022.
“Dengan demikian, masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi. Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga mungkin akan datang segera setelah pertemuan Desember” tuturnya.
Setelahnya, data dari CME Group, sebanyak 74,7% peluang bahwa Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan Desember, setelah empat kali menaikkan sebesar 75 bps dan menjadi kenaikan yang paling agresif sejak awal 1980-an. Posisi tersebut kian mengecil dari peluang sebelumnya.
Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi per November 2022 yang berada di 5,42% secara tahunan (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya di 5,71% yoy.
“Tekanan inflasi melemah pada November2022,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto dalam konferensi pers,Kamis (1/12/2022).
Secara tahun kalender inflasi mencapai 4,82% dan dibandingkan dengan bulan sebelumnya 0,09%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi November akan menembus 0,20% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).
Kondisi ini berbanding terbalik dengan catatan pada bulan lalu di mana Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,11%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (yoy) akan menembus 5,54% pada bulan ini. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan merangkak naik menjadi 3,45% pada November (yoy) dibandingkan 3,31% pada Oktober.
Di Asia, semua mata uang kompak menguat di hadapan si greenback, di mana yen Jepang memimpin kenaikan sebesar 0,93%. Di susul oleh ringgit Malaysia dan dolar Taiwan menguat yang masing-masing sebesar 0,86% dan 0,67%. Kemudian, rupiah sukses juara keempat yang terapresiasi sebesar 0,64%.
TIM RISET CNBC INDONESIA