CCTV dianggap kunci fakta baku tembak polisi di rumah Sambo

CCTV dianggap kunci fakta baku tembak polisi di rumah Sambo

CCTV dianggap kunci fakta baku tembak polisi di rumah Sambo

“Meskipun itu rumah singgah ya. Tapi ini sesuatu yang menurut publik tak masuk akal, penjaga bersenjata ada, CCTV malah tak ada, rusak,” ucap dia. 

Dengan diungkapnya rekaman CCTV yang berada di pos keamanan, serta di sekitar lingkungan kompleks, diharapkan bisa diketahui posisi Irjen Ferdy Sambo saat kejadian. Lalu, ketibaan sang istri dan sopir yakni Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J di rumah tersebut, serta pihak lainnya. 

“Jadi misalnya waktu tiba Irjen Ferdy Sambo di lokasi itu, dicocokkan dengan suara tembakan yang sempat didengar satpam kompleks, apakah sinkron atau tidak. Kapan sang istri tiba di rumah, dengan siapa dan sebagainya. Pengungkapan ini sekaligus menjadi solusi jika benar yang disebutkan dalam keterangan awal, bahwa CCTV di rumah tersebut memang mati,” tutur Sahat. 

Tim khusus Polri juga diharapkan membeberkan percakapan telepon antara Ferdy Sambo dengan sang istri, Putri Candrawathi saat kejadian. Mengingat sebelumnya sang istri disebut histeris kala menelepon Ferdy Sambo, karena peristiwa baku tembak itu. 

“Dari situ bisa terungkap kondisi yang sesungguhnya. Jadi bisa terjawab kabar liar misalnya tentang adanya isu asmara, pelaku penembakan bukan Bharada E dan sebagainya,” ujar Sahat. 

Sahat berpandangan, semua harapan yang ia dan publik utarakan sesungguhnya sejalan dengan permintaan Kapolri Jenderal Listyo Sigit tentang pengungkapan kasus yang berpedoman pada scientific crime investigation atau penyidikan/penyelidikan berbasis ilmiah. Oleh karena itu, sepatutnya tim dan jajaran Polri lainnya tak perlu ragu untuk apa adanya mengungkapkan kasus ini. 

Sahat berpandangan, penanganan kasus ini akan menjadi catatan penting atau pertaruhan besar bagi institusi Polri dan Kapolri selaku pimpinan tertinggi. Karenanya ia menyarankan, profesionalisme dan transparansi dalam prosesnya benar-benar dikedepankan. 

“Yang bersalah katakan salah. Tak peduli brigadir atau jenderal, atau siapa pun. Jangan misalnya karena membela segelintir atau satu orang, rusak institusi. Kasus ini akan menjadi sejarah buruk atau sejarah baik bagi Polri dan Kapolri. Seluruh mata masyarakat saat ini fokus mengarah dan mengawal kasus ini. Silakan lihat komentar netizen di media sosial atau kolom komentar pemberitaan soal ini, jika ingin melihat keriuhan masyarakat akan kasus ini. Sehingga jangan sampai salah melangkah,” ucapnya.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!