korannews.com – Legenda bulu tangkis nasional Liem Swie King menilai atlet-atlet Indonesia, terutama sektor tunggal putra masih harus latihan lebih keras di tengah persaingan tunggal putra dunia yang makin ketat.
Hal tersebut disampaikan Liem Swie King menanggapi potensi tunggal putra Indonesia untuk mengalahkan wakil Denmark Viktor Axelsen yang dalam dua tahun terakhir kerap mendominasi podium teratas dalam turnamen-turnamen besar, termasuk Olimpiade Tokyo dan Kejuaraan Dunia.
“Iya kalau seperti Jonathan Christie dan Anthony Ginting sekarang jalan keluarnya itu harus latihan lebih keras. Karena mereka sudah boleh dibilang memiliki semuanya, pengalaman ada, pukulan-pukulan juga sebenarnya sudah ada. Mereka harus meningkatkan latihannya. Tinggal mau apa tidak. Kalau yang saya lihat sih masih kurang (latihannya),” kata Liem di sela-sela kegiatan Audisi Umum PB Djarum 2022 di GOR Djarum Jati, Kudus, Selasa.
Peraih juara All England 1978 dan 1979 itu mengenang bagaimana porsi latihan yang dia jalani saat masih berprofesi sebagai atlet. Liem menyebut bisa menghabiskan waktu tujuh jam dalam sehari dengan dua jam latihan sesi pagi, dua jam latihan sesi siang, dan tiga jam latihan sore. Semuanya dilakukan setiap hari selama enam hari dalam sepekan.
Liem menambahkan bahwa pebulu tangkis Indonesia juga banyak yang masih kurang dari segi fisik sehingga kerap kalah ketika harus melakoni pertandingan rubber game.
Kondisi itu, kata dia, sekali lagi disebabkan karena kurangnya porsi latihan, yang berakibat tidak hanya pada kecapaian, tetapi juga seringnya cedera.
“Ketika rubber set banyak yang kalah. Itu kan kita bisa lihat fisiknya kurang padahal masih mau, masih pengin, masih tidak mau kalah. Tapi kalau fisiknya sudah tidak kuat mau gimana? Itu kembali lagi dari latihannya,”
“Kalau latihannya terlatih, badannya itu biasanya susah untuk cedera juga. Itu seharusnya orang mikir ke arah situ juga. Kok bisa sekarang sering cedera kenapa? Itu karena saya rasa itu kurang terlatih fisiknya,” pungkas salah satu pemain yang membantu Indonesia meraih tiga trofi Piala Thomas itu.