korannews.com – Argentina kini dilanda pilu akibat utang yang menggunung. Bahkan, warganya terpaksa melakukan hal yang miris hanya untuk sekedar mencari makan.
Kisah sedih mulai muncul satu persatu di Argentina akibat lonjakan inflasi yang tak terkira, menuju 100% tahun ini. Pada September 2022, inflasi telah mencapai 82,9% secara tahunan.
Utang dengan total senilai Rp 515 ribu triliun membuat pekerja serabutan yang kini jatuh ke lubang kemiskinan ekstrem, diantaranya menjadi pemulung sampah untuk sekedar bisa makan, atau antri di pasar barter untuk menukarkan barang-barang yang tersisa untuk hidup.
Bekas mesin pertumbuhan ekonomi di Amerika Selatan ini sedang meradang, menghadapi tingkat inflasi terparah sejak periode hiperinflasi era 1990-an. Argentina menjadi contoh negara yang berjuang keras mengatasi inflasi ekstrim akibat perang Rusia-Ukraina.
“Pendapatan saya tidak lagi cukup,” ujar Sergio Omar, yang menghabiskan setengah hari mengais sampah di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di Lujan, pinggiran kota Buenos Aires, seperti dikutip Reuters. Ia mengumpulkan apa saja yang masih berguna, kardus, plastik atau metal yang masih bisa dijual.
Omar yang berumur 41 tahun ini mengatakan bila harga makanan sudah melonjak tinggi dalam beberapa bulan, dan menyebabkannya kesulitan memberi makan keluarga dengan lima anaknya. Dia mengatakan semakin banyak pekerja informal seperti dia yang datang ke TPA sampah, mencari apapun tersisa untuk bisa bertahan hidup.
“Jumlah yang datang ke sini double karena begitu banyak krisis,” kata Omar yang mengaku bisa mengantongi sekitar US$ 13-US$ 40 atau Rp 200 ribu sampai Rp 600 ribu per hari dari penjualan sampah daur ulang.
Di tempat pembuangan itu, banyak pemulung laki laki dan perempuan mencari pakaian yang masih bisa digunakan, atau bahkan makanan-makanan sisa. Mengelilingi gunungan sampah yang mengeluarkan bau tak sedap, ditemani banyak tikus, anjing liar, dan burung bangkai.
Satu abad lalu, Argentina merupakan negara paling makmur di muka bumi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, mereka tergelincir dari satu krisis ke krisis lain, dan berjuang mati-matian untuk melawan inflasi yang menggila.
Sekarang, laju inflasi di Argentina sangat tinggi, terhitung sejak hiperinflasi 1990. Dipicu oleh kebijakan bank sentral mencetak terlalu banyak uang, lingkaran setan kenaikan harga-harga, dan diperparah oleh kenaikan harga pupuk untuk pertanian dan harga gas impor akibat ketegangan Rusia-Ukraina.
Tingkat kemiskinan di Argentina telah mencapai lebih dari 36% di Juni 2022, dimana kemiskinan ekstrem tercatat naik 8,8% atau sekitar 2,6 juta orang. Sudah ada program-program bantuan sosial untuk menekan kenaikan angka kemiskinan, tetapi jumlahnya masih perlu ditambah sementara anggaran pemerintah terbatas.
Sandra Contreras yang mendirikan pasar barter Lujan pada saat krisis terburuk Argentina pada 2001, kini kembali membuka klub barternya. Dia mengatakan banyak warga yang putus asa, sudah tidak punya pendapatan datang menukarkan pakaian bekas dengan sekantung tepung atau sekedar pasta.
“Orang-orang datang dengan sangat putus asa, gaji mereka tidak cukup, keadaan semakin buruk dari hari ke hari,” kata Contreras, yang mengungkapkan orang-orang mulai mengantri dua jam sebelum pasar barternya dibuka setiap pagi.
“Orang-orang sudah tidak punya uang lagi, mereka perlu membawa pulang sesuatu, jadi tidak ada pilihan selain barter.”