korannews.com – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot ditutup melemah pada sesi perdagangan Jumat (14/10/2022) hari ini. Potensi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve yang agresif, pasca pengumuman data inflasi AS, membuat mata uang Garuda jatuh ke level Rp 15.400 per dollar AS.
Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.427 per dollar AS, terkoreksi 0,43 persen. Ini menjadi pertama kalinya sejak April 2020 nilai tukar rupiah menyentuh level Rp 15.400 per dollar AS.
Jika mengacu kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, nilai tukar rupiah juga terdepresiasi. Pada sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah Jisdor berada pada level Rp 15.390 per dollar AS, lebih tinggi dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp 15.357 per dollar AS.
Indeks harga konsumen (CPI) AS yang mengalami peningkatan sebesar 8,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada September lalu menjadi salah satu sentimen negatif utama yang menekan pergerakan rupiah.
Realisasi inflasi tersebut sebenarnya lebih rendah dari Agustus sebesar 8,3 persen secara yoy. Namun demikian, realisasi tersebut masih lebih tinggi dari prediksi pasar, yakni sebesar 8,1 persen secara yoy.
“Data inflasi AS bulan September yang masih terlihat tinggi di atas 8 persen sehingga memperbesar ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif di bulan November,” ujar Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, kepada Kompas.com, Jumat.
Data FedWatch Tool CME menunjukan, 99 persen yakin bank sentral AS akan menaikan suku bunga acuannya sebesar 75 basis points pada pertemuan November mendatang. Ini yang membuat pasar beralih ke aset safe haven, termasuk dollar AS.
Bukan hanya rupiah, indeks dollar AS turut menekan mata uang Asia lain. Tercatat sejumlah mata uang regional Asia terdepresiasi terhadap dollar AS, mulai dari yen Jepang (0,39 persen), dollar Taiwan (0,09 persen), rupee India (0,01 persen), yuan China (0,34 persen), hingga ringgit Malaysia (0,26 persen), hingga baht Thailand (0,51 persen).