korannews.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan kekacauan yang dihadapi dunia saat ini sangat kompleks. Gejolak di pasar keuangan yang ditandai dengan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) hanya salah satunya.
“Kita menghadapi masalah yang lebih kompleks dan perlu penyelesaian,” kata Perry dalam konferensi pers usai pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara anggota G20 di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (14/10/2022).
Penyebab situasi berbahaya ini adalah pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir. Diperparah oleh perang Rusia dan Ukraina sebagai biang kerok krisis pangan dan energi, menimbulkan lonjakan inflasi di mana-mana.
Situasi semakin rumit, tatkala negara maju mengubah arah kebijakan moneter. Seperti Amerika Serikat (AS) yang dengan agresif menaikkan suku bunga acuan dan menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan.
Solusinya adalah dengan penerapan bauran kebijakan agar inflasi bisa dikendalikan. Pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan adalah salah satunya namun juga harus diimbangi dengan kebijakan lain untuk menjaga pemulihan ekonomi.
“Tentu saja bagaimana bank sentral akan menyikapinya tergantung pada kondisi dalam negeri,” jelasnya.
Khusus untuk gejolak di pasar keuangan, menurut Perry diperlukannya kebijakan stabilitas nilai tukar. Negara G20 menganggap ini adalah isu penting, terutama dalam pengelolaan arus modal.
“Saya sedang mempraktikkan bauran kebijakan bank sentral yang juga kami suarakan melalui G20 ini. Tetapi tentu saja kebijakan moneter bank sentral hanya juga merupakan bagian dari kebijakan tersebut,” papar Perry.
Satu hal yang menurut Perry juga tidak boleh dilewatkan adalah sinergi kebijakan moneter dengan fiskal.
