korannews.com – Situasi Prancis kini sedang memanas. Sejak akhir pekan, ramai-ramai pekerja kilang bahan bakar di negara itu melakukan demonstrasi.
Mogok kerja dan blokade pun masih terjadi Rabu (12/10/2022). Mereka mengabaikan permintaan perusahaan dan desakan pemerintah yang memaksa untuk kembali bekerja, bahkan dengan risiko denda atau hukuman penjara bagi yang menolak.
Menurut AFP pemogokan baru setidaknya terjadi di dua kilang yang dimiliki oleh raksasa AS Esso-ExxonMobil. Serikat pekerja juga mengkonfirmasi mogok kerja di empat lokasi milik, raksasa energi Prancis, TotalEnergies.
Ada total enam dari tujuh kilang bahan bakar di negeri itu yang lumpuh. Sebelumnya diketahui para pekerja meminta kenaikan gaji akibat tingginya biaya inflasi, di tengah pengumuman keuntungan besar yang didapat perusahaan minyak seperti TotalEnergies.
Mereka disebut mencari kenaikan 10% dari gaji saat ini untuk seluruh staff. Ini berlaku surut untuk semua karyawan di 2022 namun manajemen menolaknya.
“Akan lebih mudah untuk meminta CEO kami dan membawanya ke meja perundingan,” kata salah seorang pemimpin pekerja yang mogok, Germinal Lancelin.
Hal ini kemudian menyebabkan kekurangan bahan bakar untuk kendaraan di seluruh Prancis. Pembelian panik (panic buying) terjadi di beberapa sudut kota, termasuk Prancis.
“Bensin terlalu penting bagi kami. Sudah menjadi mimpi buruk selama seminggu,” kata Santiago, seorang sopir pengiriman, di Paris.
“Saya sangat marah, dan sangat khawatir,” tambah seorang pekerja kesehatan Esther Berrebi, yang berharap menemukan bensin di stasiun ketiga yang ia coba datangi sejak 7:00 pagi.
“Saya mengerti mereka menginginkan gaji yang lebih tinggi tetapi saya tidak mengerti bagaimana mereka dapat menghentikan seluruh negara,” ujarnya lagi.
Pemerintah Presiden Emmanuel Macron sendiri disebut akan mengadakan pertemuan darurat tentang krisis ini. Perusahaan energi, juga akan bertemu perwakilan serikat pekerja Rabu ini.
Dari data Selasa malam, 31% SPBU di seluruh negeri kekurangan setidaknya satu tingkat bahan bakar, angka yang mencapai 44% di wilayah Paris yang lebih besar. Menurut sejumlah ahli, akan memakan waktu dua minggu untuk memulihkan pasokan bahan bakar yang memang sudah di bawah tekanan di Prancis.