SURYA.co.id lLAMONGAN – Berawal dari kunjungan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi yang melaksanakan restocking ikan di Bengawan Mati Desa Tejoasri Kecamatan Laren pada tahun 2021, ia mengharapkan agar desa tersebut mengembangkan wisata di Bengawan Mati.
Harapan Bupati Lamongan mulai terjawab dengan dimunculkannya ide Festival Dayung Perahu Tradisional 2022, yang diikuti warga sekitar dan digelar pada Sabtu (27/8/2022)
Meski awalnya hanya event coba-coba untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke 77, festival ini rupanya disambut meriah dengan antusiasme masyarakat di sekitar tempat pelaksanaan lomba.
Pesan kemeriahan sangat mencolok sebagai keinginan masyarakat untuk terus membudayakan festival tersebut, dan menggelar pelaksanaannya menjadi event tahunan Desa Tejoasri.
“Peserta dan penontonnya luar biasa, ini menandakan bahwa event ini masyarakat sangat antusias. Artinya event ini menjadi sebuah esensi bagi masyarakat, supaya diadakan terus untuk berikut-berikutnya, ini pesan yang harus kita tangkap,” ungkap Yuhrohnur.
Pemerintah daerah akan terus mendorong dan kesempatan yang akan datang lebih disempurnakan kembali. Kalau perlu ada standar nasionalnya.
Ke depan akan diupayakan untuk berkoordinasi dengan asosiasi dayung atau asosiasi lain yang bergerak di bidang tersebut untuk pengkaderan atlet cabang olahraga dayung di Lamongan.
“Festival ini merupakan jawaban dari keunikan yang dimiliki Bengawan Mati,” tandasnya.
Terjawab sudah, yang merupakan keunikan dari Bengawan Mati yakni Festival Dayung Perahu Tradisional. Ia berharap ini bukan festival yang pertama dan terakhir, tapi menjadi festival tahunan yang diikuti oleh seluruh kabupaten-kabupaten di Indonesia.
Untuk yang pertama dan satu-satunya Festival Dayung Perahu Tradisional di Tejoasri menghadirkan disc jockey (DJ). Kehadirannya mampu menghibur pengunjung dan memberi semangat pada peserta dengan aliran musik yang diacak oleh si DJ.
Sementara itu, Kepala Desa Tejoasri, Yusuf Bakhtiar, bahwa ide digelarnya festival ini adalah dari rangkaian kegiatan HUT RI 77 dan juga dari kunjungan Bupati saat melaksanakan restocking ikan, yang kemudian dikembangkan sebagai wisata desa.
“Ini karena ide awalnya memang dari Pak Bupati melakukan restocking di sini, kemudian kita ingin mengembangkan supaya ini menjadi desa wisata. Nah ini adalah momen awal untuk mengarah ke sana untuk mengembangkan Tejoasri ini menjadi desa wisata Bengawan,” ungkap Yusuf.
Menarik minat pedayung perahu tradisional dari berbagai wilayah untuk turut serta, dikatakan Yusuf karena persiapan yang hanya diperuntukkan untuk warga desa, maka event ini hanya sebatas diikuti oleh peserta dari 4 dusun di Desa Tejoasri.
“Peserta total ada 16 tim, 8 tim putri dan 8 tim putra, dan satu tim itu jumlahnya 4 orang, 3 pendayung 1 pemain drum. Ini kita ratakan, karena di sini ada 4 dusun jadi setiap dusun mengirimkan dua tim putri dan 2 tim putra,” katanya. (Hanif Manshuri)
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.