Model Bisnis Ancol Disebut Ketinggalan Zaman, Begini Penjelasan Thomas Lembong

Model Bisnis Ancol Disebut Ketinggalan Zaman, Begini Penjelasan Thomas Lembong

Model Bisnis Ancol Disebut Ketinggalan Zaman, Begini Penjelasan Thomas Lembong
Gerbang Ancol (Foto: ancol.com).

Komisaris Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Thomas Trikasih Lembong menyayangkan model bisnis perseroan yang masih mengandalkan wahana bermain atau theme park. Dufan, satu-satunya aset theme park andalan Ancol, dianggap tidak cukup menutup beban utang perusahaan meski masih menguntungkan.

“Manjemen terlalu lama nempel ke model bisnis Ancol yang sudah ketinggalan zaman,” ujar Thomas Lembong, Jumat, 12 Agustus 2022.

Thomas mengatakan bisnis theme park tidak cocok dengan pasar wisata di abad ke-21. Bisnis ini membutuhkan investasi yang besar untuk peralatan beserta perawatannya. Sedangkan balik modalnya mesti menunggu sampai 40-50 tahun.

Karena itu, mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut tak menyarankan Ancol merealisasikan mimpinya untuk membangun Dufan kedua. Apalagi Dufan pada masa mendatang tak lagi mampu menyasar semua kelas wisatawan.

“Wisatawan kelas menengah atas dengan mudahnya sekarang bisa pakai budget airlines terbang ke Singapura, ke Universal Studio. Atau yang punya daya beli kuat, mereka akan langsung ke Sentosa Island,” ucap Thomas.

Ketimbang menambah theme park seperti Dufan, Thomas mengatakan Ancol ke depan akan memprioritaskan belanja modalnya untuk pengembangan wahana-wahana yang mengandalkan teknologi digital dan artificial intelligence.

Modal yang diperlukan untuk penyediaan wahana digital ini, kata dia, jauh lebih kecil atau hanya satu per sepuluh dari kebutuhan membangun theme park.

Paralel dengan kebutuhan investasi yang lebih minim, kesempatan untuk balik modal pembangunan wahana digital pun lebih cepat. Thomas menaksir balik modal penyediaan atraksi wisata itu hanya 3-5 tahun.

Selain wahana digital, Ancol akan mengembangkan aset marina untuk membuka pasar wisata bahari. Ancol, kata dia, berencana membangun 3-4 dermaga yang dapat didarati kapal layar atau yacht berbagai ukuran. Perusahaan dengan kode emiten PJAA itu telah berkomunikasi dengan calon investornya dari Australia untuk mengembangkan dermaga.

Dengan demikian, ia berharap Ancol tidak lagi mengandalkan pendapatannya dari theme park atau sumber lain, seperti HTM alias tiket masuk. “Ini sudah tidak zaman. Tiket masuk itu seharusnya untuk ke wahana saja,” ucap Thomas Lembong.

Sumber: Tempo.co


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!