Bentrokan saat ini dimulai ketika Israel menangkap seorang pejabat senior Jihad Islam pekan lalu dan seorang warga Palestina berusia 17 tahun tewas. Jihad Islam, yang berbasis di Gaza, mengancam akan membalas.
Pada hari Jumat, Israel meluncurkan serangan udara di Gaza, menewaskan seorang komandan Jihad Islam. Sejak itu, Jihad Islam telah menembakkan sekitar 600 rudal ke Israel, yang sebagian besar ditembak jatuh oleh sistem penangkal serangan Iron Dome Israel. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sekurangnya 43 orang tewas dalam serangan udara, termasuk 15 anak-anak dan 4 orang perempuan.
Israel mengatakan tidak bertanggung jawab pada setidaknya sembilan kematian itu, dan menyalahkan Jihad Islam atas serangan roket mereka yang gagal.
Warga Israel yang tinggal di dekat Jalur Gaza melewatkan sebagian besar dari tiga hari terakhir di tempat perlindungan bom. Adele Riemer tinggal di Nirim, sebuah tempat perlindungan yang letaknya satu kilometer lebih dari perbatasan Gaza.
“Menakutkan pergi ke luar. Kita menghitung langkah, menghitung jarak antara … ruang aman di luar ini, jadi jalur kita mungkin sedikit lebih lama, tapi begitu kita mengetahui ada ruang-ruang aman ini yang jaraknya setiap beberapa ratus meter, kami tidak berpengalaman, tidak seorangpun terbiasa dengan hal-hal semacam ini, tapi kami tahu bagaimana menghadapinya,” ujar Riemer.
Seorang juru bicara Jihad Islam mengatakan kelompok ekstremis itu masih punya banyak pesenjataan dan tembakan roket akan terus berlanjut. Pada hari Minggu, puluhan roket ditembakkan, termasuk di pinggiran Yerusalem dan kota selatan Beersheba.
Analis Israel seperti Jenderal Eitan Dangot mengatakan konflik untuk saat ini terkendali tetapi bisa meningkat jika gerakan Islam Hamas, yang mengontrol Gaza, terlibat.
“Dari sudut pandang Israel, Hamas berada di luar eskalasi ini; kami tentu saja tidak ada hubungannya dengan populasi Gaza yang berpenduduk lebih dari dua juta orang,” tukasnya.
Para analis mengatakan tampaknya Hamas mendukung sebuah gencatan senjata dan tidak ingin terlibat dalam pertempuran.
Sementara itu, Tiongkok, Prancis, Irlandia, Norwegia, dan Uni Emirat Arab telah meminta pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB pada Senin (8/8) untuk membahas perkembangan di Gaza. [my/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.